TAUHID
BAB I
Ilmu tauhid adalah ilmu yang meneliti hal-hal yang menetapkan kaidah
agama dengan dalil-dalil yang nyata, buahnya adalah mengetahui siat-sifat Allah
dan rasulnya dengan bukti yang abadi. Ilmu tauhid adalah pokok dari semua ilmu
agama yang paling utama. Sebab bertalian erat dengan zat Allah serta zat
rasul-rasul Allah alali salam.
Ilmu tauhid dibawa oleh rasul-rasul Allah sejak zaman adam a.s hingga
sayyiduna muhammad sekalipun hanya dapat menggunakan dalil secara ijmali (umum).
Ilmu tauhid wajib diketahui dan dipelajari oleh setiap mukallaf lelaki atau
perempuan sekalipun hanya dapat menggunakan dalil-dalil secara ijmali
(pokok-pokoknya saja). Adapun untuk mengetahui dalil dalil secara tafsili maka
hukumnya adalah fardu kifayah.
Objek pembahasan ilmu tauhid
Pada garis besarnya Objek pembahasan ilmu tauhid dibagi menjadi tiga
:
Tauhid ilahiyah (ketuhanan)
Tauhid nubuwwah (kenabian)
Tauhid Sam’iyyat yaitu sesuatu yang hanya diketahui lewat pendengaran
saja yaitu dari sumber-sumber yang meyakinkan seperti Alquran dan sunnah, misal
azab kubur, surga neraka, Dll.
Penjelasannya sebagai berikut :
Tauhid ilahiyah (ketuhanan)
Yaitu bagian ilmu tauhid yang membahas masalah ketuhanan. Hal ini terdiri
dari :
Tauhid Uluhiyah yaitu membahas bahwa Allah itu esa, Allah itu satu
bukan dua apalagi tiga. Allah adalah Tuhan yang wajib disembah sebagaimana
firman Allah :
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ
وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4
(1)Katakan bahwa Allah itu sa
tu (2)Allah adalah tempat bergantung segala sesuatu (3)Allah tidak
beranak dan tidak diperanakkan (4)Tidak ada yang sebanding dengan Nya (Al Ihlas:1-4)
Tauhid Rububiyyah yaitu membahas bahwa Allah sebagai Ar-Rabbu yaitu Allah
adalah Tuhan yang esa (tunggal) dalam menciptakan, dalam memelihara alam
semesta, dan dalam mengatur seluruh mahluknya. Sebagaimana firman Allah dalam
surat yunus ayat 31 :
“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit
dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan,
dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang
mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka
akan menjawab: "Allah." Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak
bertakwa kepada-Nya)?" (Yunus:31)
Tauhid dzat, sifat, dan asma (nama-nama baik Allah) yaitu membahas
mengenai nama-nama dan sifat-sifat yang disebut sendiri oleh Allah dalam
Alquran. Ada 20 sifat-sifat Allah yang wajib kita yakini dan ada 99 asmaul
husna (nama-nama Allah) yang wajib kita imani. Kita tidak boleh menyebut Allah
dengan nama-nama yang buruk. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-a’raf ayat
180 :
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan
mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan (Al A’raf:180)
Tauhid Nubuwwah yaitu bahwa kita harus mengimani nabi sebagai utusan
yang membawa risalah Allah, sekaligus mengimani tugas, peran, sifat-sfat dan
keistimewaan seorang nabi. Sebagaimana firma Allah dalam suratan nah ayat 43 :
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki
yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, (An nahl:43)
Tauhid samiyyat yaitu mengimani hal-hal yang hanya bisa didengar
oleh telinga dari sumber terpercaya Al Quran dan Hadis, contoh surga dan neraka,
azab kubur, Dll.
Di sebutkan dalam Al Quran surat Az Zumar ayat 60 :
Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat
dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu
ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri? (Az Zumar : 60)
Dasar-dasar ilmu tauhid
Dasar ilmu tauhid adalah dalil aqli (akal sehat) dan dalil naqli (Al Quran dan Sunnah)
Dasar ilmu tauhid adalah dalil aqli (akal sehat) dan dalil naqli (Al Quran dan Sunnah)
Martabat keimanan
Menurut Al Ghazali ilmu tauhid dapat mengantarkan manusia pada martabat
(tingkatan) keimanan sebagai berikut:
Martabat tauhid fil qashri
Keimanan seseorang terhadap Allah dengan pengakuan dua kalimat
syahadat. Dalam keimanan ini seseorang meyakini bahwa Allah Tuhannya dan rasul
Muhammad adalah nabinya, namun iman seseorang tersebut belumlah terlalu kuat
serta masih labil, sehingga perbuatan baik dan perbuatan burukpun juga
dilakukan
Martabat tauhid fil qashri al qashri
Keimanan seseorang terhadap Allah yang telah mencapai lisan dan hatinya,
sehingga seorang tersebut benar-benar beriman kepada Allah, melaksanakan
perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Martabat tauhid fil lub
Ini adalah level iman tertinggi, yaitu keimanan seseorang yang sudah
menyentuh hati nuraninya (ainul bashirah) dalam hal ini ada dua tingkatan:
Martabat tauhid fil lub
Yaitu mengimani bahwa kenyataan alam semesta yang terdiri dari
beragam mahluk pada hakekatnya adalah berasal dari Allah
Martabat tauhid fil lub bil lub
Yaitu mengimani bahwa kenyataan alam semesta yang terdiri dari
beragam mahluk pada hakekatnya adalah berasal dari Allah. Karena segala sesuatu
berasal dari Allah maka ia tidak melihat sesuatu kecuali Allah, ia tenggelam dan
hilang dalam nur ilahi (keagungan Allah) sehingga yang ada hanyalah Allah (nur
ilahi)
Fungsi ilmu tauhid
Fungsi ilmu tauhid ada dua yaitu :
Memberikan landasan mental yang kuat bagi keimanan seorang muslim
terhadap keesaan Allah, bahwa Allah satu-satunya Tuhan yang harus disembah (Tauhid
Uluhiyah) dan Allah adalah adalah satu-satunya pencipta alam skaligus
pemelihara alam dan (Tauhid Rububiyah)
Sebagai dakwah kepada non muslim agar beriman kepada Allah dan tidak
berbuat syirik kepadaNya
BAB II
Iman adalah meyakini dengan seteguh-teguhnya serta tunduk dan patuh kepada
Allah yang diresapkan didalam hati, mengamalkan segala perintahNya dan menjauhi
laranganNya. Iman yang dimaksud adalah :
Iman kepada Allah,
Iman kepada malaikat
Iman kepada kitab-kitab Allah
Iman kepada rasul-rasul
Iman kepada hari penghabisan
Iman kepada qoda’ dan qadar
Islam berarti mengetahui serta mempercayai secara yakin dan tunduk
mengikuti secara lahir dan batin pada apa saja yang dibawa oleh rasul. Orang
mukmin haruslah muslim dan orang muslim haruslah mukmin. Orang yang beriman
dengan keyakinan yang teguh maka ia akan tunduk dan mengikuti apa yang dibawa
oleh rasul.
Keimanan dimulai dengan syahadatain :
Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan saya bersaksi
bahwa muhammad adalah utusan Allah.
Apabila seseorang yang tidak dapat mengatakan syahadat karena
beberapa hal seperti sakit atau tidak dapat berbicara, namun mengimani sacara
hati maka ia dikategorikan telah beriman dan akan selamat di akherat. Namun
barang siapa yang enggan dan mengingkari untuk mengucapkan syahadat tanpa ada
udzur maka orang yang demikian dikatakan kafir.
Hal-hal yang dapat menghilangkan iman
Perbuatan yang menghilangkan iman diantaranya bersujud kepada
berhala atau patung, mencaci-maki dan mencemooh salah satu dari 6 prinsip iman (Allah,
malaikat, kitab, rasul, hari akhir, qada dan qadar) maka orang seperti ini
harus bertaubat dan memperbaharui keimanannya.
Tiga hukum dalam beriman
Beriman adalah mengetahui apa-apa yang wajib, yang jaiz, dan mustahil
bagi Allah, juga mengimani hal-hal yang wajib dipercayai seperti kepada
rasul-rasul, malaikat dll. adapapun pembagian hukumnya sebagai berikut:
Wajib, ialah sesuatu yang harus atau pasti ada, atau sesuatu yang tidak
mungkin kalau tidak ada, contoh : satu adalah gabungan dari setengah, adanya
alam ini tentu mengharuskan ada yang menciptakannya
Hukumnya Jaiz, ialah sesuatu yang boleh ada juga boleh tidak, contoh
berubahnya bebatuan menjadi emas, berubahnya tongkat nabi musa menjadi ular, terbelahnya
laut merah saat nabi musa hendak menyebranginya
Hukumnya mustahil, ialah sesuatu yang tidak patut kalau sesuatu itu
terjadi, contoh tiga adalah separuh dari sepuluh maka itu adalah mustahil, Allah
mempunyai sekutu dalam menciptakan alam semesta ini maka itu adalah mustahil
I. IMAN KEPADA ALLAH
Arti iman kepada Allah yaitu hendaknya seorang hamba meyakini dengan
teguh akan sifat-sifat Allah, baik yang wajib, jaiz, atau mustahil. Secara
keseluruhan ia harus yakin dengan sepenuh hati, bahwa Allah wajib mempunyai
sifat kesempurnaan yang sesuai dengan keadaan ketuhanan-Nya, dan mustahil
bersifat dengan segala macam sifat kekurangnan, serta jaiz bagi Allah untuk
melakukan setiap hal yang mungkin atau meninggalkannya. Seorang hamba itu wajib
meyakini secara terperinci sifat-sifat wajib bagi Allah yang menunjukkan
kesempurnaannya, dan mengimani sifat-sifat yang mustahil bagi Allah, yaitu
sifat-sifat yang tidak mungkin melekat pada Allah yang berlawanan dengan sifat
wajib yang 20
Sifat wajib dan sifat mustahi bagi Allah yang berjumlah 20 yaitu :
Wujud (ada) mustahil bersifat adam (tiada)
Qidam (dahulu) mustahil bersifat hudust (baru)
Baqa (kekal)’ mustahil bersifat fana (akan binasa)
Mukhalafatuhu lilhawadist mustahil bersifat mumatsilatu lilhawaditsi
(sama dengan mahluknya)
Qiyamuhu binafsihi (berdiri dengan dzat-Nya sendiri) mustahil
bersifat qiyamuhu bighairihi (bersandar pada orang lain)
Wahdaniyah (esa) mustahil bersifat ta’addud (banyak)
Qudrat (kuasa) mustahil bersifat ‘Ajzun (lemah)
Iradat (berkehendak) mustahil bersifat karahah (terpaksa)
Ilmu (mengetahui) mustahil bersifat jahlun (bodoh)
Sama’ (mendengar) mustahil bersifat summun (tuli)
Bashar (melihat) mustahil bersifat umyun (buta)
Kalam (berfirman) mustahil bersifat bukmun (bisu)
Hayya’ (hidup) mustahil bersifat maut (mati)
Qadiran (dalam keadaan berkuasa) mustahil bersifat aajizan (yang lemah)
Muridan (dalam keadaan berkehendak) mustahil bersifat
mukhrahan (yang dipaksa)
.Aliman (dalam keadaan mengetahui) mustahil bersifat jahilan (yang
bodoh)
Hayyan (dalam keadaan hidup) mustahil bersifat mayyitan (yang mati)
Samian (dalam keadaan mendengar) mustahil bersifat ashomma (yang
tuli)
Basiran (dalam keadaan melihat)
mustahil bersifat a’maa’ (yang buta)
Mutakalliman (dalam keadaan berfirman) mustahil bersifat abkam (yang
bisu)
Sifat-sifat wajib bagi Allah
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang pasti melekat kepada Allah yang
wajib di imani. Kesemuanya ada 20 sifat sebagaimana yang tertulis di atas.
Semua benda yang ada di alam semesta ini adalah benda baru, mengapa
disebut benda baru? Karena benda-benda tersebut berawal dan berakhir, karena
benda tersebut berawal dan berakhir maka benda tersebut dinamakan benda baru
(benda yang tercipta), seluruh benda baru tentu bermula karena ada yang
memulainya, mustahil benda tersebut bermula tanpa ada zat yang memulainya,
mustahil sebuah benda itu ada tanpa ada yang mengadakannya
Semua benda yang berawal tentu ada yang mendahuluinya, mustahil
suatu benda itu ada dengan tiba-tiba tanpa ada yang mendahuluinya, seperti
contoh tumbuhan muncul dari tumbuhan sebelumnya, tumbuhan sebelumnya muncul
dari tumbuhan sebelumnya, begitu seterusnya, kalau demikian seterusnya maka itu
tidak mungkin, tentu ada awal mula dari segala sesuatu yang tidak didahului oleh
sesuatu yang lain, dan zat tersebut pastilah zat yang abadi karena maha awal
dan tidak didahului oleh sesuatu yang lain, zat tersebut pastilah satu karena
muara dari segala sesuatu pastilah satu. Zat tersebut pastilah sangat berkuasa
karena segala sesuatu bermula dan tercipta darinya. Karena zat tersebut adalah
awal dari segala sesuatu maka zat tersebut pastilah zat yang berbeda dengan zat
tercipta dari Nya
Bahwa segala benda di dunia berawal dari zat yang maha awal. Dan zat
yang maha awal tersebut tidak diawali oleh zat yang lain, karena zat tersebut
tidak diawali oleh zat yang lain maka zat tersebut pastilah kekal abadi. Itulah
zat Tuhan yang tidak didahului oleh segala sesuatu, zat yang maha awal, ,
kekal, dan abadi
Tidak ada sesuatupun yang mendahului zat tersebut, karena zat
tersebut kekal, yang segala sesuatunya berasal dari zat tersebut, awal dari
segala yang awal, yang abadi, yang berkuasa mutlak, dan maha mutlak.
Bila kita lihat, bahwa seluruh alam semesta ini adalah barang baru. Semua
benda yang ada di Alam ini dan yang terkandung di dalamnya adalah sesuatu yang
baru, artinya sesuatu yang baru itu pastilah bermula atau mempunyai awal, sesuatu
yang berawal tentu ada yang mengawalinya, dan sesuatu yang mengawali sesuatu tentu
ada yang mengawalinya, dan sesuatu yang mengawali sesuatu tentu ada yang
mengawalinya, demikian terus hingga mengharuskan ada suatu awal yang abadi,
yaitu suatu awal yang tidak didahului awal yang lain, dan itu adalah zat Tuhan
yang maha awal dan tidak didahului oleh sesuatu, zat yang maha awal yang kekal
abadi
Sebagaimana yang tersebut diatas bahwa Tuhan adalah awal dari segala
sesuatu didunia ini, atau segala sesuatu didunia ini berawal dari Tuhan, dan
tidak ada sesuatu yang lebih awal dari Tuhan, maka karena tidak ada sesuatu
yang lebih awal dari Tuhan maka zat Tuhan adalah tidak berawal, tidak bermula
atau maha kekal
Karena Allah tidak bermula (maha awal) yaitu segala sesuatu berawal
dari Allah maka tentulah Allah maha mutlak, maha sempurna. Tuhan yang
menciptakan segala sesuatu, yang segala sesuatu tercipta darinya. Dialah Tuhan
yang maha melihat, maha mendengar, maha hidup dan segala sesuatu bergantung
kepadaNya. Dia adalah Tuhan yang kepadanya segala sesuatu bergantung, dan
segala sesuatu membutuhukannya. Dialah Tuhan yang maha Awal
Wujud
Allah ada karena Allah adalah awal dari segala sesuatu yang ada. segala
sesuatu yang ada berasal dari Allah, dan Allah ada bukan dari ketiadaan tetapi
Allah ada karena Allah sudah ada. karena Allah ada tanpa keberawalan maka ada-nya
Allah tidak berawal. Karena segala
sesuatu yang ada berawal dari Allah maka tentu Allah itu ada (Wujud),
Karena Allah adalah maha awal, dan segala sesuatu yang ada itu
berawal dari Allah maka segala sesuatu yang ada itu adalah ciptaan Allah
Wujud berarti ada, mustahil
sebaliknya yakni adam yaitu tidak ada.
Bukti bahwa Allah itu ada adalah dengan adanya alam semesta ini, Mustahil alam
ini ada dengan sendirinya. Keberadaan alam semesta yang begitu agung,
luas, dan besar ini pastilah ada yang
menciptakan, Dan yang menciptakan pastilah maha agung dan maha besar.
Qidam
Karena Allah adalah awal dari segala sesuatu, tidak ada yang lebih
dahulu dari Allah, artinya bahwa Allah itu Maha Awal atau Maha Dahulu (Qidam)
Baqo’
Karena Allah adalah awal dari segala yang awal, atau tidak ada sesuatu
yang lebih awal dari Allah, dengan demikian Allah tidak mempunyai awal, karena Allah
tidak mempunyai awal, maka itu berati Allah itu maha kekal (Baqa’)
wahdaniyah
Karena Allah adalah awal dari segala yang awal, atau tidak ada
sesuatu yang lebih awal dari Allah. Allah adalah satu-satunya zat yang darinya segala
sesuatu tercipta atau berawal. Jelasnya segala sesuatu di alam semesta ini berasal
dari satu zat yaitu Allah maka Allah itu pastilah satu (wahdaniyah)
Qiyamuhu binafsihi
karena segala sesuatu berawal dari Allah, Allah adalah awal dari
segala sesuatu, dan Allah tidak membutuhkan segala sesuatu bahkan sebaliknya
segala sesuatu berawal, bergantung, dan membutuhkan Allah, sehingga tentulah Allah
berdiri dengan dzatnya sendiri (qiyamuhu binafsihi)
khalmuafatuhu lilhawadisi
karena Allah adalah awal dari segala sesuatu, dan segala sesuatu
adalah ciptaan Allah maka tentulah Dzat Allah berbeda dengan zat yang
diciptakannya (mukhalafatuhu lilhawadisi), tidak mungkin Dzat yang menciptakan sama
dengan Dzat yang diciptakan, itulah makna (mukhalafatuhu lilhawadisi)
Qudrat
karena segala sesuatu berawal dari Allah, Allah adalah awal dari
segala sesuatu, dan Allah tidak membutuhkan segala sesuatu bahkan sebaliknya
segala sesuatu berawal, bergantung, dan membutuhkan Allah, sehingga tentulah Allah
maha kuasa (qudrat)
Hayyah
Karena Allah adalah awal dari segala sesuatu yang hidup, dan segala
sesuatu yang hidup bergantung dan membutuhkan Allah maka Allah itu maha hidup
(hayyah)
Iradah
Karena Allah maha pencipta, yang menciptakan segala sesuatu maka tentulah
Allah maha berkehendak (iradah)
Ilmu
Karena Allah adalah Yang menciptakan segala sesuatu, dan segala
sesuatu yang diciptakan dalam dalam perlindungan Allah serta dalam rahman dan
rahim (kasih sayang) Allah Swt, tentulah Allah maha mengetahui (Ilmu‘)
Sama’
Karena Allah maha mengetahui segala yang ciptaanNya, dan mengetahui
keingiinan dari yang diciptakanNya maka tentu Allah maha mendengar keinginan
dari yang di ciptakanya, maka Allah tentu bersifa (sama’)
Bashar
Karena Allah yang menciptakan segala sesuatu, dan Allah maha mengetahui
ciptaanya, maka tentulah maha melihat ciptaannya, inilah yang disebut bashar
(Allah maha melihat)
kalam
Karena Allah maha sempurna, maha pencipta, yang menciptakan langit
dan bumi dan sekaligus memeliharanya maka tentu Allah juga maha berfirman (kalam)
Sifat jaiz bagi Allah
Sifat jaiz bagi Allah , Jaiz artinya boleh, yaitu sifat yang boleh
bagi Allah, artinya boleh ada boleh tidak ada. Contoh sifat Jaiz bagi Allah
yaitu Allah boleh menciptakan juga boleh meniadakan. Allah boleh menciptakan
mukjizat bagi rasulnya juga boleh menciptakan mukjizat bagi rasulnya. Contoh
yang lain adalah Allah boleh memberikan ujian kepada hamba-hambanya juga Allah boleh
untuk tidak memberikan ujian kepada hamba-hambanya
Sifat-sifat Allah yang berhubungan dengan benda dan yang tidak
berhubungan dengan benda
Sifat-sifat Allah yang tidak berhubungan dengan benda adalah Wujud,
qidam, baqa’, mukhalafatuhu lil hawadisi, qiyamuhu bi nafsihi, wahdaiyah, dan hayyah.
Artinya sifat-sifat tersebut adalah sifat-sifat yang berkaitan dengan zat Allah
sendiri.
Adapun sifat-sifat Allah yang berhubungan dengan benda-benda adalah iradah,
qudrah, sama, bashar, kalam, dan ilmu.
Qudrah dan Iradah. Qudrah adalah kuasa Allah, sedangkan iradah
adalah kehendak Allah. Qudrah dan Iradah itu berhubungan dengan hal-hal yang jaiz
(yang boleh dilakukan juga bleh tidak dilakukan). berkaitan dengan sifat qudrah,
bahwa Allah mempunyai kuasa atas segala sesuatu dimuka bumi ini. Tidak ada satupun
mahluk, baik syaitan, jin, atau malaikat yang mampu menandingi kuasa Allah. Berkaitan
dengan sifat iradah bahwa segala sesuatu terjadi di dunia adalah atas izin dan kehendak
(iradah) Allah.
Sama’ dan bashar. Sama’ adalah mendengar, dan bashar adalah melihat.
Artinya bahwa Allah maha mendengar dan maha melihat setiap segala sesuatu tanpa
ada yang menghalangi. Penglihatan Allah tidak sama dengan penglihatan manusia, penglihatan
Allah tidak terhalang oleh dinding atau apapun yang menghalangi. Pendengaran
Allah tidaklah seperti pendengaran manusia, yang terbatas oleh jarak. Allah
bisa mendengar segala sesuatu yang tidak bisa didengar oleh mahluknya, Allah
mendengar dan melihat tidak menggunakan alat berupa telinga dan mata, Allah
maha suci dari segala penyerupaan seperti manusia. Hal ini karena Allah mempunyai
sifat mukhalafatuhu lilhawadisi yaitu zat Allah berbeda dengan zat mahluknya.
Ilmun dan kalam. Ilmun artinya Allah maha mengetahui. Kalam artinya
Allah berfirman. Ilmu (pengetahuan) Allah tidak seperti pengetahuan manusia yang
didahului oleh ketidaktahuan. Allah maha mengetahui sejak zaman azali (zaman
yang tidak bermula). Allah mengetahui yang telah terjadi, yang sedang terjadi
dan yang akan terjadi tanpa didahului oleh ketidaktahuan.sedangkan mengenai kalam
(firman) Allah, bahwa Allah berfirman tidak menggunakan suara atau huruf. Maha
suci Alah dari segala penyeruaan seperti manusia dan segala mahluknya.
Mengenal Nama-Nama Allah
pentingnya mengenal nama-nama Allah
Allah mempunyai perumpamaan yang paling tinggi, maka barang siapa
yang mengenal sifat-sifat Tuhan-nya dan nama-nama-Nya indah maka wawasan
pengetahuannya tentang Allah akan semakin luas. Tindak-tanduknya akan semakin
terkendali, dan selaras dengan nama-nama Allah yang yang baik.
al quran mengingatkan kepada kaum muslimin untuk tidak menyebut kepada
Allah nama-nama yang tidak layak bagi-Nya. Allah berfirman :
Hanya milik Allah-lah asmaul husna. Maka bermohonlah kepadanya
dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang ilhad
terhadp nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang
mereka kerjakan. (Al-A’raf : 180)
kita mengenal asmaul husna dan sifat-sifat Allah dari keterangan yang
telah diberikan oleh Allah melalui firmannya, Allah mengenalkan diri-Nya dan
sifat-sifat-Nya kepada kita maka hendaknya kita tidak melebihi batas-batas yang
diberikan-Nya itu dan mengagungkan-Nya dengan menyebut nama-namanya.
Mensucikan Allah dari penyerupaan dengan mahluk
Sifat-sifat Allah tidaklah sama dengan sifat-sifat manusia, ilmu
Allah tidaklah sama dengan ilmu manusia. ilmu manusia didahului oleh ketidaktahuan,
artinya manusia mengetahui setelah ia tidak mengetahui. Sedangkan ilmu Allah tidak
didahului oleh ketidaktahuan, artinya Allah telah mengetahui segala sesuatu tanpa
didahului oleh ketidaktahuan. kebijaksanaan
Allah tidaklah sama dengan kebijaksanaan manusia, kasih-sayang Allah tidak-lah
sama dengan kasih sayang manusia. Perbedaan tersebut terdapat pada seluruh sifat-sifat
Allah, karena Allah adalah maha sempurna dengan segala sifat-sifat-Nya. Allah
berfirman :
Tidak ada seorang-pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang maha
mendengar lagi maha melihat (As- Syura :11)
Beriman dengan nama dan sifat-sifat Allah sesuai dengan keterangan
yang terdapat dalam al-Quran dan sunnah
Allah mengenalkan diri-Nya kepada kita bahwa Dia mempunyai nama-nama
yang indah (asmaul-husna) dan sifat-sifat kesempurnaan yang tinggi (kamalul
ulya). Maka tidak layak bagi kita untuk menyebut Allah dengan nama-nama yang
tidak layak bagi-Nya
Allah mempunyai Asmaul husna, 99 nama-nama yang indah, maka
menghafal dan menjaganya adalah bagian dari kebaikan yang akan menghantar masuk
surga. Allah berfirman :
Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaul husna (al-a’raf :180)
Adapun 99 asmaul husna diantaranya adalah sebagai berikut : al wahid
(yang esa), al-ahad (yang Maha tunggal), as-samad (maha tempat bergantung
segala sesuatu), al-qoyyum (yang maha berdiri sendiri), al-khaliq (yang maha
encipta, al-musyawwir (yang maha membentuk), ar-rahman (yang maha pengasih), ar-rahim
(yang maha penyayang), Dll
II. IMAN KEPADA MALAIKAT
Iman kepada malaikat adalah percaya bahwa Allah mempunyai mahluk
yang bernama malaikat, yang selalu taat mengerjakaan tugas dari Allah, dan
tidak bermaksiat kepadaNya
Ciri –ciri malaikat adalah:
diciptakan dari nur (cahaya)
termasuk mahluk yang ghaib dan tidak dapat dilihat oleh indera
kecuali menampakkan diri dengan seizin Allah
dapat menjelma ke alam materi berbentuk manusia
mengerjakan perintah allah dan tidak bermaksiat kepadanya
Nama-nama malaikat :
jibril = penyampai wahyu
mikail = penyampai rizki
munkar = penanya di alam kubur
nakir = penanya di alam kubur
izrail = pencabut nyawa
israfil = peniup terompet
roqib = penulis amal baik
atid = penulis amal buruk
malik = penjaga neraka
ridwan = penjaga surga
JIN
Syaikh al-Islam ibnu taimiyah berkata: "Ia dinamakan jin karena
ketertutupannya dari pandangan manusia."
Jin ( جن ) berarti "tersembunyi"
atau "tidak terlihat". Bahwa dahulu Bangsa Jin dapat menduduki
beberapa tempat dilangit dan mendengarkan berita-berita dari Allah, namun setelah
diutusnya nabi Muhammad maka mereka tidak lagi bisa
mendengarkannya karena ada barisan yang menjaga rahasia itu. Allah berfirman
...dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di
langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang
barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan
menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya) (Al-Jin 9:72)
tidak seorangpun mampu melihat jin, kecuali bila mereka mengubah
diri (menjelma) dalam berbagai bentuk. Hanya nabi dan rasul saja
yang sanggup melihat wujud aslinya
jin terbuat dari api (nar)
"...dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang
sangat panas." (Al-Hijr 15:27)
"...dan Kami telah menciptakan jin dari nyala api."
(Ar-Rahman 55:15)
Ad-Dahhak berkata bahwa yang dimaksud firman “dari nyala api” adalah
nyala api yang murni
dalam Tafsir Ibnu Katsir meriwayatkan dari Aisyah, bahwasanya Rasulullah bersabda:"Malaikat
diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari
apa yang disifatkan (diceritakan) kepada kalian."
jin seperti manusia
diciptakan untuk beribadah,
ada yang kafir ada yang beriman
jin bisa menjadi tentara manusia semisal jin ifrit adalah pembesar
di kerajaan sulaiman
Faedah beriman kepada malaikat
timbul rasa diawasi, sehingga
mudah menjauhi maksiat
timbul rasa waspada terhadap gangguan setan
keimanan kepada malaikat akan memperkuat keimanan kepada Allah
malaikat sebagai suri tauladan yang tidak pernah berbuat maksiat
kepada Allah
IMAN KEPADA KITAB/WAHYU
Wahyu adalah pemberitahuan dari Allah untuk nabi mengenai
prinsip-prinsip agama, wahyu hanya dikhususkan kepada nabi dan rasul sedangkan
ilham diberikan oleh Allah kepada seluruh umat manusia
Ilham adalah keyakinan dalam hati yang mendorong manusia untuk mengikutinya
tanpa tahu darimana asalnya
kitab Allah yang wajib diyakini ada empat =
kitab taurot – diberikan kepada
nabi musa
kitab zabur /mazmur – diberikan
kepada nabi daud
kitab injil –
diberikan kepada isa
kitab alquran –
diberikan kepada nabi muhammad
kitab taurot, diberikan kepada nabi musa a.s.
Isi Utama Kitab Taurot adalah 10 hukum (comandemen) yang diterima
musa di gunung tursina yaitu :
Jangan ada Tuhan di hati kecuali Allah (perintah mengesakan Allah)
Jngan membuat apapun di langit dan di bumi untuk disembah krn aku (Allah)
Tuhanmu
jangan menyebut nama Tuhan dgn sia-sia (bersumpah untuk
bermain-main)
muliakanlah hari sabtu (dilarang bekerja dan mempekerjakan binatang)
hormatilah ayah dan ibumu (berbaktilah pada ayah ibumu)
jangan membunuh manusia
jangan berzina
jangan mencuri
jangan menjadi saksi palsu
jangan berkeinginan memiliki hak orang lain
Kitab zabur /mazmur
kitab zabur diturunkan kepada nabi daud
kitab zabur zabur berarti “kidung atau pujian-pujian” kepada Tuhan atas
nikmat yang selama ini diberikan
kitab zabur terdiri dari 150 pasal
kitab zabur termasuk bagian dari perjanjian lama
kitab zabur berisi segala nikmat yang terlimpah ada dan tertulis
dalam kitab zabur ini
Kitab Injiil
Kitab injil di turunkan kepada nabi isa
Nabi isa mempunyai 12 murid utama (hawariyyun) dan 70 murid pengikut,
ke-dua belas murid utama isa a.s tersebut adalah :
Simon petrus
Andreas
Jakob bin zanbi
Yahya bin zabdi
Philip
Bartolomeus
Matius
Thomas
Yakob bin alpius
Simon kanani
Yudas bin yakob
Yudas iskariot
Kitab injil mengajarkan
agar menghindari kerakusan terhadap dunia, baik rakus terhadap harta
maupun kekuasaan
agar menghindari dendam mengasihi sesama
agar percaya pada hari akherat sebagai kehidupan yang sebenarnya
injil yang diakui nashnya oleh mayoritas nasrani ada empat yaitu :
matius,
markus,
lukas,
yahya/johanes
Injil Matius (synoptic gospels)
Injil Matius disebut synoptic gospels, gospels berarti injil,
sedangkan synoptic berarti persamaan, maksudnya adalah injil yang mempunyai
persamaan isi dengan injil yang lain, yaitu yang mengajarkan bahwa isa bukan
Tuhan tetapi adalah seorang rasul
Injil Matius pertama-kali ditulis dalam bahasa yahudi atau suryani (bahasa suria) diperkiran sekitar tahun 50 masehi oleh santo Matius
seorang yahudi pemungut pajak, Matius adalah salah satu dari hawariyun yaitu
murid isa a.s yang 12, Matius meninggal
tahun 70 m di habsyi ethiopia
Injil Matius pertama kali di temukan dalam bahasa yunani dan tidak
diketahui kapan di terjemahkan
Injil Markus (synoptic gospels)
Injil Markus termasuk synoptic gospels yaitu injil yang sama-sama mengajarkan
bahwa isa bukan Tuhan tetapi adalah seorang rasul
Injil Markus ditulis sekitar tahun 60 masehi oleh Markus bin maryam,
yaitu salah satu dari murid isa yang 70, markus meninggal tahun 62 masehi di
mesir
Semasa hidupnya markus bersama barnabas (sepupu markus) menyebarkan
ajaran isa ke mesir, afrika utara dan roma
injil m arkus berisi cerita tentang kehidupan isa, terangkatnya isa
di sisi Allah, dan mengajarkan bahwa isa bukan Tuhan tetapi adalah seorang
rasul
Injil Lukas (synoptic gospels)
Injil lukas termasuk injil synoptic gospels yaitu yaitu injil yang
sama-sama mengajarkan bahwa isa bukan Tuhan tetapi adalah seorang rasul
Injil lukas ditulis sekitar tahun 58-60 dalam bahasa yunani oleh
lukas seorang pelukis, lukas tidak pernah bertemu isa, lukas juga bukanlah
murid isa a.s baik murid yang 12 atau murid yang 70
Injil yahya (bukan synoptic gospels)
Injil yahya (johanes) disebut injil ruhani/injil sulung karena mengajarkan
tentang ketuhanan isa,
Injil yahya ditulis sekitar tahun 100 masehi oleh seorang pendeta
yang bernama yahya (johanes), pendeta yahya (johanes) bukanlah murid isa juga tidak
pernah bertemu dengan isa. Atas desakan pendeta-pendeta yang menginginkan
ketuhanan isa maka johanes akhirnya menulis injil yang mengatakan bahwa isa
adalah Tuhan
prof stedlein mengatakan “sesungguhnya seluruh injil yahya (johanes)
adalah karangan dari sarjana iskandariyah yang disahkan oleh kongres nicea
tahun 325 m
injil barnabas (apocrypa/tidak sah)
kaum nasrani mengatakan bahwa Injil barnabas adalah apocrypa gospel,
yaitu injil yang tidak sah karena mengajarkan bahwa isa bukanlah Tuhan tetapi
adalah rosul, dan yang disalib bukanlah isa melainkan yudas iskariot
injil ini dikutuk dan dibakar oleh gereja melalui dekrit :
dekrit gereja barat tahun 382 m
dekrit paus innocent I tahun 465 m
dekrit gelaius tahun 496 m
walaupun gereja memerintahkan untuk membakarnya namun Injil bernabas
diketemukan ulang tahun 1709 dalam bahasa italy oleh penasehat raja prusia
bernama Cremer Toland di perpustakaan
seorang bangsawa di Amsterdam belanda
tahun 1738 Injil bernabas di simpan di perpustakaan negara di wina
dan diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia
termasuk bahasa arab pada tahun 1908.
kandungan utama injil barnabas adalah :
menerangkan bahwa jesus tidak disalib, yang disalib adalah yudas
iskariot
yesus bukan anak Allah/Allah tapi utusan
mesiah yang di nanti-nanti adalah ahmad nabi terahir
putra nabi ibrahim yang akan disembelih adalah ismail bukan
ishak
Alquran
Al quran adalah "Kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah, diawali dengan surat al-fatihah dan di akhiri
dengan surat an-nas". Al Quran diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. berisi
ajaran tauhid, syariah, serta mengandung berita bangsa-bangsa terdahulu yang
dapat dijadikan perbandingan untuk bangsa-bangsa sekarang mengenai keimanan
mereka pada Allah.
Isi Al Quran
Alquran memuat berita-berita yang bisa dipastikan kebenarannya.
Al quran menghilangkan berita-berita batil yang tercampur dengan
khurafat.
Al quran memuat berita-berita untuk dijadikan teladan.
Al quran mencela alim ulama dari berbagai agama atas perbuatan
mereka yang mencampur-adukkan hukum-hukum agama, dan merubah kitab-kitab yang
diturunkan kepada mereka sekehendak hati mereka.
Nama-nama lain Al-Quran
Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama
lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut adalah
nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:
Al-Kitab (Buku)
Al-Furqan (Pembeda benar salah)
Adz-Dzikr (Pemberi peringatan)
Al-Mau'idhah (Pelajaran/nasihat)
Al-Hukm (Peraturan/hukum)
Al-Hikmah (Kebijaksanaan)
Asy-Syifa' (Obat/penyembuh)
Al-Huda (Petunjuk)
At-Tanzil (Yang diturunkan)
Ar-Rahmat (Karunia)
Ar-Ruh (Ruh)
Al-Bayan (Penerang)
Al-Kalam (Ucapan/firman)
Al-Busyra (Kabar gembira)
An-Nur (Cahaya)
Al-Basha'ir (Pedoman)
Al-Balagh (Penyampaian/kabar)
Al-Qaul (Perkataan/ucapan)
Struktur Al-Quran
Surat, ayat dan ruku'
Al-Qur'an terdiri atas 114 surah dan 6666 ayat. surat terpanjang adalah
surah Al-Baqarah 286 ayat dan surat terpendek
adalah surat Al-Kautsar 3 ayat
Makkiyah dan Madaniyah
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, Surat Al-Quran dibagi
menjadi dua yaitu surat makiyyah dan surat madinah. Surat makiyah adalah surat
yang diturunkan kepada Rasul sebelum hijrah ke madinah. Sedangkan surat
madaniyah adalah Surat yang diturunkan kepada rasul setelah hijrah ke madinah.
Surat yang turun di Makkah pada umumnya suratnya pendek-pendek,
menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada
manusia. Sedankan yang turun di Madinah pada umumnya suratnya panjang-panjang,
menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan
atau seseorang dengan lainnya (syari'ah). Pembagian berdasar fase sebelum dan
sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.
Juz dan manzil
Al-Qur'an terbagi menjadi 30 Juz. Pembagian ini untuk memudahkan
mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan).
Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan
penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak
memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu.
Menurut ukuran surat
Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada di dalam
Al-Qur'an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
As Sab'uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa', Al-A'raaf, Al-An'aam, Al Maa-idah dan Yunus
Sejarah Alquran
Penurunan Al-Qur'an
Allah berfirman “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya [al-Qur’an]
pada malam Lailatul Qadar.” (al-Qadar: 1)
Dan diriwayatkan dalam sebuah hadist disebutkan bahwa :
Ibnu ‘Abbas berkata: “Al-Qur’an itu dipisahkan dari adz-Dzikr, lalu
diletakkan di Baitul ‘Izzah di langit dunia. Maka Jibril mulai menurunkannya
kepada Nabi saw.
Ibnu ‘Abbas ra. berkata: “Allah menurunkan al-Qur’an sekaligus ke
langit dunia, tempat turunnya secara berangsur-angsur. Lalu Dia menurunkannya
kepada Rasul-Nya saw. sebagian demi sebagian.”
Ibnu ‘Abbas berkata: “Al-Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qadar
pada bulan Ramadlan ke langit dunia sekaligus, lalu ia diturunkan secara
berangsur-angsur.”
Dari ayat Al-Quran dan hadis di atas para ulama sepakat bahwa :
Allah meletakkan firman-Nya (Al-Quran) secara utuh di lauh mahfudz.
Dari lauh mahfudz diturunkan secara utuh oleh jibril ke Baitul ‘Izzah di langit
dunia pada malam Lailatul Qadar yaitu pada tanggal 17 ramadhan.
Diturunkan dari langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama 23
tahun. Hari pertama wahyu Al-quran disampaikan kepada nabi adalah tanggal 21
ramadhan yaitu surat Iqra’ 1-5.
Tepatnya ayat-ayat al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22
tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi menjadi 2
periode, yaitu periode Mekkah dan
periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama
12 tahun masa kenabian Rasulullah dan
surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang
dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung
selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah. Ilmu Al-Qur'an yang membahas
mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an
diturunkan disebut Asbabun Nuzul (Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat).
Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya
Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) ayat-ayat al-Qur'an sudah
dimulai sejak zaman Nabi Muhammad. Kemudian disatukan dalam sebuah mushaf
(lembaran-lembaran) dibundel menjadi satu seperti yang ada saat ini.
Masa Nabi Muhammad
Pada masa ketika Nabi Muhammad masih hidup, terdapat beberapa orang
yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu
Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap
menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang
digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit
atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu
banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah
wahyu diturunkan.
Masa Khulafaur Rasyidin
Pemerintahan Abu Bakar
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran
(dalam perang yang dikenal dengan nama perang
Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an
dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa
sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk
mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara
para sahabat. Abu
Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator
pelaksanaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an
tersusun secara rapi dalam satu mushaf,
hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut
hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah
penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafshah yang
juga istri Nabi Muhammad.
Pemerintahan Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam
cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek(lahjah) antar suku yang berasal dari daerah
berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil
kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang
Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut,
yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan
hingga saat ini. Bersamaan dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang
berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan
(dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya
perselisihan di antara umat Islam pada masa depan dalam penulisan dan pembacaan
Al-Qur'an.
Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif,
dengan sanad yang shahih:
Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala
yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai
mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana
pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka
mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir
menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' ustman
menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak
terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat
baik'."
keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah
disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan
kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman
memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin
Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Ia
memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan
antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam
bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa Quraisy. Setelah
mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah
mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah
ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).
Mukjizat Al-Quran
Telah terbukti bahwa al-Quran adalah mukjizat, yaitu dengan
berita-berita yang malampaui akal pikiran manusia waktu itu, yaitu sebagai
berikut :
Al quran datang pada zaman dimana sastra arab mencapai puncaknya,
orang yang unggul waktu itu adalah orang yang mampu mengeluarkan buah
pikirannya dan mampu mempengaruhi orang lain, yaitu keunggulan dalam memilih
kata-kata yang mampu menyentuh akal rasio dan hati mereka. Dari sini Al Quran
diturunkan dengan sastra pilihan yang sangat tinggi dan tidak tertandingi waktu
itu hingga sekarang.
Berita bahwa dalam beberapa tahun kedepan bangsa rum (romawi) akan
mengalami kemenangan setelah mereka mengalami kalahan dari bangsa persia. Bahwa
berita dari al-quran ini langsung terbukti kurang dari dua tahun sejak ayat
tersebut turun. Bahwa bangsa rum (bangsa romawi yang waktu itu yang mengikuti
ajaran nabi isa) langsung mengalami kemenangan atas bangsa persia (yang menyembah
berhala). Ini adalah bukti bahwa berita yang dibawa oleh Al Quran adalah benar.
Berita bahwa angin adalah salah satu yang mengawinkan
tumbuh-tumbuhan, adalah kebenaran dari Al Quran yang baru diketahui pada abad
ke 19 M, bahwa angin mempunyai peran mengawinkan tumbuh-tumbuhan yaitu dengan cara
menerbangkan serbuk sari menyentuh putik sari sehingga terjadilah pembuahan.
Inilah kebenaran dari Al quran yang diberitakan pada abad ke 6 M dan
orang-orang baru menyadari kebenaran ini ketika abad 19 M.
Berita dari Al Quran bahwa matahari tidaklah diam melainkan berjalan
di garis edarnya, adalah kebenaran nyata yang baru disadari oleh manusia pada
abad ke 20 M, padahal al Quran telah mengatakannya pada abad ke 6 M. Mereka baru
sadar bahwa matahari tidaklah diam melainkan berjalan berputar dan mengelilingi
pusat alam semesta yaitu black hole. Di alam semesta ini terdapat ribuan
galaksi dan kesemuanya mengelilingi pusat alam semesta yairu black hole. Kita adalah
manusia yang hidup di salah satu galaksi, yaitu galaksi bima sakti yang terdiri
dari satu bintang yang bernama matahari dan sepuluh planet (salah satunya
adalah planet Bumi). Jadi ringkasnya adalah bulan berjalan mengelilingi planet
bumi, planet bumi berjalan mengelilingi matahari, matahari berjalan
mengelilingi pusat alam semesta yaitu black hole.
Berita dari Al Quran bahwa gunung-gunung juga berjalan. Adalah kebenaran
yang baru disadari oleh manusia pada abad ke 20 M padahal Al Quran telah mengatakannya
sejak abad ke 6 M. Pada abad ke 20 M manusia baru sadar bahwa gunung-gunung
juga berjalan hal ini terjadi karena lempengan-lempengan tengah bumi selalu
bergerak untuk saling mempas-kan posisi antara satu dengan yang lain. ketika lempengan
bumi itu bergerak maka lapisan atasnya juga bergerak termasuk gunung-gunung
yang berada di permukaan bumi, ketika lempengan bumi bergerak dengan cepat dan
tiba-tiba maka akan terjadilah gempa. Dan setiap dua abad peta bumi selalu
berbeda dengan peta bumi pada abad sebelumnya, hal ini terjadi karena pergeseran
lempengan bumi yang berakibat pada bergesernya daratan di permukaan bumi yang
berakibat pula pada berubahnya peta bumi.
Kesemuanya ini adalah berita-berita sekaligus mukjizat yang tidak
mungkin datang dari manusia melainkan datang dari Allah. Hal ini membuktikan
bahwa al quran bukan karangan manusia melainkan wahyu dari sang pencipta alam
semesta yang menciptakan bumi dan langit
IV. IMAN KEPADA NABI DAN ROSUL
Iman kepada rosul yaitu mengimani bahwa Allah mengutus rosul/nabi
yang diberi wahyu dan dikokohkan dengan mukjizat, serta mengimani empat sifat
wajib dan empat sifat mustahil
rosul adalah seorang laki-laki yang diberi wahyu oleh allah berupa syara’
(peraturan agama) dan ia wajib menyiarkan syara’ itu kepada umatnya
Nabi adalah seorang laki-laki yang diberikan wahyu oleh Allah dan
tidak wajib untuk menyiarkannya kepada umatnya
Empat sifat wajib bagi rasul
Siddiq (jujur) dan sifat mustahil bagi rasul adalah kadzib (dusta)
Amanah (mengemban amanat) dan sifat mustahil bagi rasul adalah khianat
Tabligh (menyampaikan) dan sifat mustahil bagi rasul adalah kitmaan (menyembunyikan)
Fathanah (cerdas/sadar) dan sifat mustahil bagi rasul adalah ghaflah
(lengah/lupa)
Empat sifat wajib
siddiq dan sifat mustahil bagi rasul bersifat kadzib (dusta)
siddiq (jujur) yaitu ucapan mereka selalu benar dan mustahil
bersifat kadzib yaitu berdusta ketika menyampaikan apapun dari Allah
hadis qudsi : صدق عبدي في كل ما يبلغ عني
(benarlah hambaku dalam segala apa yang disampaikannya itu dariku)
Amanah dan mustahil bagi rasul bersifat khianat
amanah adalah mendapat perlindungan dari segala perbuatan bersifat khianat
dan maksiat baik lahir seperti minum khamr, zina ataupun yang batin seperti
dengki dan hasad
Tabligh dan mustahil bagi rasul bersifat kitmaan (menyembunyikan)
Tabligh yaitu para rosul wajib mensyiarkan segala wahyu yang datang
dari Allah dan mustahil menyembunyikan wahyu tersebut
Fathanah dan mustahil bagi rasul bersifat ghaflah (lengah/lupa)
fathanah yaitu sadar cerdas dan bijaksana dan mustahil ghaflah
(lengah) atau gabawwah bodoh/tolol
Kerasulan Muhammad Saw.
Rasul Muhammad Saw lahir pada tanggal 12 rabiul awwal pada tahun
gajah, bertepatan dengan tanggal 20 april 571 M, ia lahir sebagai yatim karena
ayahnya telah wafat. Ayahnya tidak meninggalkan apa-apa hanya 5 ekor unta dan
seorang budak perempuan, ada riwayat yang mengatakan jauh lebih sedikit dari
itu. Setelah ibunya meninggal ketika ia berusia 6 tahun, ia kemudian diasuh
oleh kakeknya, hingga pada akhirnya diasuh oleh pamannya yang bernama abdul
muthalib karena abu thalib kakeknya meninggal. Muhammad Saw tumbuh dan
berkembang di keluarga dan di lingkungan jahiliyah penyembah berhala. Walaupun begitu
dengan perangainya yang beradab dan jujur, sehingga sangat dikenal oleh masyarakat
mekkah waktu itu dan menjuluki muhammad sebagai al amiin (orang yang jujur
terpecaya) karena kejujurannya.
Muhammad besar sebagai manusia yang sempurna walaupun tinggal di
lingkungan jahiliyah, pada umur 13 tahun sewaktu menemani pamannya untuk
berdagang ke syam ia bertemu dengan pendeta yang bernama bahira’, yang
mengatakan bahwa kelak Muhammad akan membawa risalah Tuhan untuk itu abdul
muthalib sang paman diminta untuk menjaga Muhammad baik-baik.
Menikah dengan khadijah
Pada suatu hari, saat pagi buta, khadijah dengan penuh kegembiraan
ia pergi ke rumah sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal.
Ia berkata, “Tadi malam aku bermimpi sangat menakjubkan. Aku melihat matahari berputar-putar di atas kota Mekkah, lalu turun ke arah bumi.
Ia semakin mendekat dan semakin mendekat. Aku terus memperhatikannya untuk
melihat kemana ia turun. Ternyata ia turun dan memasuki rumahku. Cahayanya yang sangat agung itu membuatku tertegun.
Lalu aku terbangun dari tidurku". Waraqah mengatakan, “Aku sampaikan
berita gembira kepadamu, bahwa seorang lelaki agung dan mulia akan datang
meminangmu. Ia memiliki kedudukan penting dan kemasyhuran yang semakin hari
semakin meningkat". Tak lama kemudian Khadijah ditakdirkan menjadi isteri
Nabi Muhammad.
Mendapat wahyu pertama
pada umur 40 tahun muhammad mendapat wahyu pertama di gua hira yaitu
surat Iqra’ ayat 1-5, setibanya di rumah dalam keadaan berkeringat dan jantung
yang berdetak kencang muhammad meminta selimut kepada istrinya. Melihat hal tersebut
khadijah membawa beliau ke saudara sepupunya yang bernama waraqah bin naufal
seorang nasrani ahli kitab yang sudah tua. Waraqah membenarkan bahwa muhammad Saw
adalah seorang rasul yang sedang diutus oleh Allah. Hal ini seperti yang
diriwayatkan oleh aisyah dalam hadist shahih, Aisyah berkata, “...Nabi kembali
kepada Khadijah disaat jantungnya berdetak dengan cepat. Lalu Khadijah
membawanya kepada Waraqah bin Naufal, seorang nasrani dan seorang pembaca Injil
dalam bahasa Arab.
Waraqa bertanya (kepada nabi), ”Apa yang kamu lihat?” Di saat nabi
menceritakannya, Waraqah menjawab, “Itu adalah malaikat yang sama (jibril) yang
diutus oleh Allah kepada Musa”.
Muhammad berkata “apakah mereka (masyarakat) akan mengusirku” waraqah menjawab
“Seorang pembawa wahyu Tuhan akan mengalami banyak cobaan dan rintangan. Andai
aku masih hidup hingga engkau menerima wahyu, pastilah aku akan mendukungmu
sekuat tenaga.” (HR. Bukhari) tidak lama
kemudian waraqah yang sudah tua akhirnya meninggal
Mukjizat Para Nabi
A. Mukjizat Nabi Musa
Keluarnya cahaya putih di tangan nabi musa di depan firaun setelah
nabi musa memasukkan tanganya ke dadanya
Berubahnya tongkat nabi musa menjadi seekor ular besar yang memakan
ular-ular kecil yang dibuat para penyihir firaun
Terbelahnya air laut merah ketika ia memukul tongkatnya sehingga
seluruh bani israel dapat menyebrang dan selamat dari kejaran firaun
Batu yang dipukul nabi musa mengeluarkan air untuk bani israel yang
sedang kehausan ditengah gurun sina
B. Mukjizat Nabi Sholeh
keluarnya seekor unta dari sebuah batu besar setelah beliau didesak
oleh umatnya untuk membuktikan kerosulannya, sehingga umatnya pun beriman
kepada nabi musa
C. Mukjizat Nabi Ibrahim
Tubuh nabi ibrahim tidak terbakar api, walaupun dibakar di atas tumpukan
kayu yang tinggi yang sedang menyala-nyala membakar nabi ibrahim, mukjizat ini
untuk membuktikan kerosulan nabi ibrahim
D. Mukjizat Nabi Isa
turun hidangan dari langit untuk disantap para hawariyyun (murid
nabi isa yang berjumlah 12 orang)
dapat menyembuhkan orang buta, orang yang sakit keras, dapat menghidupkan
orang meninggal, mukjizat ini diturunkan kepada nabi isa untuk menandingi ilmu
pengobatan yang berkembang pesat dikalangan bani israel saat itu
E. Mukjizat Nabi Muhammad
Al-quran, turunnya Alquran untuk membuktikan bahwa tata bahasa
alquran dapat mengalahkan tata bahasa syair-syair arab yang sangat maju waktu
itu, serta mambukatikan bahwa Muhammad Saw. yang tidak bisa membaca dan menulis
dikaruniai kekuatan untuk menghafal al-quran
pecahnya bulan menjadi dua bagian, hal ini terjadi atas desakan kaum
musyrikin terhadap nabi Muhammad untuk menunjukkan kenabianya
keluar air dari jari-jari
nabi muhammad sehingga dapat diminum orang banyak ketika sedang kehausan
dalam sebuah peperangan
Nasi yang tinggal sedikit dalam sebuah tempat nasi tidak habis di keduk
oleh para sabahat yang hendak memakannya, hal ini terjadi ketika sedang terjadi
peperangan
adanya kabar yang tertulis dalam Al-quran bahwa bangsa romawi akan
mendapat kemenangan setelah mereka kalah perang dari bangsa persia غُلبة الرو في ادني الأرض وهم بعد غلبهم سيغلبون في بعض السنين
Fungsi para rasul
Diutusnya para rasul kepada manusia adalah suatu kebutuhan utama bagi
umat, manusia membutuhkan kehadiran rasul untuk menjelasakan pesan-pesan dari
sang pencipta alam. Selain itu kebutuhan manusia untuk mensucikan rohani mereka
dari kotoran hawa nafsu yang menyesatkan untuk mencapai kebahagian dunia
akherat. Maka kedatangan para rasul adalah sebagai berkah dan nikmat yang
diberikan oleh Allah kepada umat manusia.
Kedatangan para rasul adalah untuk memberikan garis-garis besar
secara umum agar manusia berbuat adil dalam kehidupannya, mengajak manusia
untuk menyembah pada satu Tuhan, yaitu Tuhan yang maha tunggal, maha berkuasa, dan
maha bijaksana. Rasul memberikan kabar yang belum pernah diketahui oleh manusia
yaitu adanya hari pembalasan, surga, dan neraka. Rasul membawa syariat mengenai
cara-cara beribadah kepada Allah yang disyariatkan kepada setiap umatnya. Rasul
mengajarkan dalam mencapai tujuan-tujuan duniawi manusia agar tidak menggunakan
cara-cara jahat kepada orang lain
Rasul mensyariatkan kepada manusia supaya membentuk diri mereka sendiri
dengan sifat-sifat utama seperti jujur, amanah, menyempurnakan janji, bersifat
santun pada yang lemah
V. IMAN KEPADA HARI AKHIR
Iman pada hari akhir adalah mengimani hari kiamat (kehancuran alam
semesta beserta isinya) dan hari di mana manusia di hidupkan kembali untuk
hidup kekal, ada yang masuk surga dan ada pula yang masuk neraka sesuai dengan
timbangan amal kebaikannya.
Maka kita juga mengimani hari kebangkitan kelak di kala Allah
menghidupkan manusia kembali di waktu malaikat israfil meniupkan terompet.
Ketika terompet pertama di tiup maka matilah seluruh mahluk yang ada dilangit
dan di bumi kecuali yang dikehendaki Allah. Kemudian israfil meniup terompet
yang kedua kalinya maka bangkitlah seluruh manusia dari kematiannya untuk
menghadap Allah untuk menerima hisab atas perbuatannya.
Allah berfirman sebagaimana kami memulai penciptaan pertama,
begitulah kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti kami tepati,
sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakan (al anbiya:106)
Dan di akherat kelak kita akan diperlihatkan kitab catatan seluruh
apa yang kita kerjakan sewaktu di dunia.
Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, 7. maka
dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,8. dan dia akan kembali kepada
kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira, 9. Adapun orang-orang yang
diberikan kitabnya dari belakang,10. maka dia akan berteriak: "Celakalah
aku.",11. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka),12.
(al insyiqaq : 7-12)
Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya
(sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada
hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka,13. . "Bacalah kitabmu,
cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu."14
(Al Isra:13-14)
Dan kita meyakini bahwa Allah menghisab dan timbangan amal perbuatan
manusia dengan seadil-adilnya.
Allah berfirman “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya(7), Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya
pula(8) (Al Zalzalah, 7-8)
Dan kita mempercayai adanya “syafaat udzma” (pertolongan besar) dari
rasulullah Muhammad Saw. di akherat ketika manusia berada pada kesusahan yang
sangat karena akan mendapat azab atas apa yang telah mereka perbuat sewaktu di
dunia. Pada waktu itu manusia mendatangi nabi adam untuk meminta pertolongan
agar mendapat keringan azab dari dari Allah tapi nabi adam a.s tidak mampu
memberikan syafaat, begitu pela manusia berbondong-bondong mendatangi nabi nuh,
ibrahim, musa, dan isa a.s tetapi semuanya tidak mampu memberi syafaat Udzma
kecuali nabi Muhammad Saw. Hanya nabi Muhammad yang di berikan kelebihan oleh
Allah bisa memberikan syafaat kepada orang yang kesulitan untuk masuk surga.
Kita juga mempercayai bahwa di akherat ada “haudh” (telaga rasulullah) yang airnya lebih putih
darisusu dan rasanya lebih manis dari madu, dan jauh lebih harum dari wewangian
yang ada didunia iini, panjang dan leberna sebulan perjalanan dan bejana tempat
minumnya seindah dan sebanyak bintang dilangit. Orang mukmin yang minum dari
haudh (telaga rasulullah) itu maka tidak akan merasa haus lagi setelah itu.
Kita juga mempercayai jembatan shirat, yang tipisnya lebih tipis
dari rambut yang dibelah tujuh, shirat adalah jembatan menuju surga, dan setiap
manusia akan melewatinya, berhasil tidaknya manusia tersebut melewati sirat
tergantung amal perbuatanya di dunia, ada yang lewat secepat kilat, ada yang
lewat sambil terbang, ada yang lewat sambil berlari, ada yang sambil berjalan,
ada yang sambil merangkak, ada yang sampai ditengah perjalanan langsung jatuh
ke neraka, ada yang baru mulai langsung jatuh ke neraka, dll. Kesemua itu
tergantung amal perbuatan.
Kita juga meyakini akan surga dan neraka. Surga adalah tempat penuh
keberkahan dan kenikmatan yang kekal abadi yang diperuntukkan bagi orang-orang
yang beriman. Keindahan dan kenikmatan yang ada di surga tidaklah bisa
digambarkan. Sedangkan neraka adalah tempat penuh kesengsaraan dan penuh
siksaan yang diperuntukkan bagi orang yang selalu bermaksiat dan kafir terhadap
Allah.
Kita juga mengakui bahwa ada orang-orang yang dijamin masuk surga,
yaitu orang yang disebut dalam al quran atau hadis seperti abu bakar, umar,
usman, ali, ashabul kahfi, dll
Kita juga mempercayai azab kubur dan pertanyaan bagi si mayit tentang
siapa Tuhan dan Nabi mereka, apa kitab mereka. Maka orang-orang yang beriman
mengatakan “Tuhanku adalah Allah, Nabiku adalah Muhammad, kitabku adalah Al
Quran”, sedangkan orang-orang kafir dan munafik akan mengatakan “saya tidak
tahu, saya tidak pernah mendengar manusia berkata itu”
Dan kita mempercayai azab kubur bagi orang-orang zalim dan
kafir
Buah iman kepada hari akhir
Iman kepada hari akhir akan membuahkan suatu tujuan yang tinggi
yaitu kebajikann dan meninggalkan kemunkaran
Akan menghiasi diri dengan dengan sifat-sifat yang utama dan
menghidari sifat-sifat yang tercela
VI. BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR ALLAH
Qada' ( قَضَاء)
berarti kehendak Allah dan Qadar (قدر)
berarti keputusan Allah. Percaya kepada qada dan qadar adalah bagian
dari Rukun Iman keenam. yaitu mempercayai
bahawa segala yang terjadi adalah karena ada ketentuan Allah semata-mata. Ibnu
Hajar al-Asqalani berkata, “Mereka, yakni para ulama mengatakan, ‘Qadha’ adalah
ketentuan yang bersifat umum dan global sejak zaman azali, sedangkan qadar
adalah bagian-bagian dan perincian-perincian dari ketentuan tersebut"
Secara keilmuan umat Islam dengan sederhana telah mengartikan bahwa
qadha adalah ketentuan yang bersifat umum dan global sejak zaman azali.
Sedangkan takdir merupakan segala sesuatu yang sudah terjadi.
Beriman kepada takdir adalah salah satu rukun dari rukun-rukun iman
sebagaimana sabda rasul “hendaklah engkau beriman pada takdir yang baik dan
takdir yang buruk”. Maksudnya apa yang terjadi pada manusia dan alam semesta
ini pada akhirnya adalah atas izin dan kuasa Allah, ada hikmah dibalik izin dan
keputusan Allah tersebut.
Qadar (kehendak) Allah itu ada empat peringkat:
Ilmu (pengetahuan):
Kita mempercayai bahwa Allah mengetahui apa yang akan terjadi dan
apa yang akan terjadi. Bahwa ilmu Allah adalah ilmu azali, artinya pengetahuan
Allah tentang sesuatu tidaklah didahului oleh ketidak-tahuan. Dia tidak pula
bersifat lupa)
Kitabah (Tertulis)
Kita mengetahui bahwa Allah menulis segala sesuatu kejadian hingga
hari kiamat di lauh mahfudz.
Masyiah (kehendak)
Kita mempercayai bahwa Allah telah menentukan segala sesuatu baik
dilangit maupun di bumi sesuai dengan masyiah-Nya (kehendak-Nya). Segala
sesuatu terjadi atas kehendaknya, apabila Allah menghendaki maka akan terjadi,
apabila Allah tidak menghendaki maka tidak akan terjadi.
Kejadian
Kita mempercayai bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah Allah yang
menjadikan.
Dari peringkat di atas maka kita mengetahui bahwa segala sesuatu
yang dilakukan oleh manusia baik perkataan ataupun perbuatannya, semua di ketahui
lebih dulu oleh Allah.
Ada dua dimensi untuk memahami takdir yaitu dimensi ketuhanan dan
dimensi kemanusiaan.
a) Dimensi ketuhanan
Dimensi ketuhanan adalah sebuah penjelasan dari ayat-ayat dalam Al
Quran yang memberitahukan bahwa Allah maha mengetahui dan maha kuasa dalam segala
ciptaannya, termasuk Takdir. Allah berfirman :
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir ,Yang Zhahir dan Yang Bathin (Al
Hadid / QS. 57:3). Allah tidak terikat ruang dan waktu, bagi-Nya tidak
memerlukan apakah itu masa lalu, kini atau akan datang).
Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah
menetapkannya (takdirnya) (Al-Furqaan / QS. 25:2)
Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang
ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab (lauh
mahfudz), sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah (Al-Hajj / QS. 22:70)
Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya (Al Maa'idah / QS.
5:17)
Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu
semuanya (Al-An'am / QS 6:149)
Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat (As-Safat /
37:96)
Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan (Luqman /
QS. 31:22). Allah yang menentukan segala akibat.
Dimensi kemanusiaan
Dimensi kemanusiaan adalah sebuah penjelasan dari ayat-ayat Al Quran
bahwa Allah memperintahkan manusia untuk berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
mencapai cita-cita dan tujuan hidup yang dipilihnya.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (Ar
Ra'd:11)
(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa
di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun (Al Mulk / QS. 67:2)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Nasrani,
Shabiin (orang-orang yang mengikuti syariat Nabi zaman dahulu, atau orang-orang
yang menyembah bintang atau dewa-dewa), siapa saja di antara mereka yang
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan beramal saleh, maka
mereka akan menerima ganjaran mereka di sisi Tuhan mereka, tidak ada rasa takut
atas mereka, dan tidak juga mereka akan bersedih (Al-Baqarah / QS. 2:62). Iman kepada Allah dan hari kemudian dalam
arti juga beriman kepada Rasul, kitab suci, malaikat, dan takdir.
... barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir... (Al Kahfi / QS. 18:29)
Implikasi Iman kepada Takdir
Terkait dengan fenomena takdir, Allah menulis segala sesuatu mengenai
alam ini di dalam lauh mahfudz. Lauh mahfudz adalah pengetahuan Allah mengenai segala
kadar dan kejadian yang ada di semesta dunia ini mulai dari awal penciptaan
dunia hingga hari akhir. Tidak ada satu mahlukpun yang mengetahui apa yang
tertulis dalam lauh mahfudz. maka tidak ada satu orangpun yang tahu apa yang
akan terjadi kelak, manusia hanya bisa mengira-ngira apa yang akan terjadi,
tetapi tidak bisa menentukan dengan pasti bahwa hal itu pasti terjadi. Manusia hanya
mengetahui apa yang sudah terjadi. oleh karena itu yang telah terjadi kita katakan
sebagai takdir, sedangkan yang belum terjadi kita mengatakan pengetahuan Allah
karena hanya Allah-lah yang tahu.
Manusia tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi manusia bisa merubah
masa depannya dengan merubah dirinya. Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri.” (Ar Ra'd:11). Allah memberi kita kemampuan untuk
memilih dan berusaha, dengan pilihan dan usaha itu kita dianjurkan untuk memilih
takdir baik. Manusia diberi impian dan harapan oleh Allah, agar dengan impian
itu manusia berharap dan berdoa hanya kepada Allah.
Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi
dalam menjalani hidup di dunia ini, diperintah oleh Allah untuk berusaha dan
berdoa untuk mengubahnya.
Kesimpulannya, karena manusia itu lemah (antara lain tidak tahu akan
takdirnya) maka diwajibkan untuk berusaha secara bersungguh-sungguh
untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu beribadah kepada Allah. Dalam menjalani hidupnya,
manusia diberikan pegangan hidup berupa wahyu Allah yaitu Al Quran dan Al
Hadits untuk ditaati.
Sanggahan Terhadap Aliran Jabbariyah Dan Qodariyah
Aliran jabbariyah mengatakan bahwa perbuatan manusia adalah terpaksa,
maksudnya bahwa manusia dipaksa untuk berbuat seperti apa yang tertulis di lauh
mahfudz. kalau mereka berpendapat seperti itu maka untuk apa Allah menganugerahkan
manusia kemampuan untuk memilih. Untuk apa Allah menurunkan ayat : “Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri.” (Ar Ra'd:11). “supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (Al
Mulk / QS. 67:2). Dan masih banyak ayat semisal. Ini artinya bahwa manusia
mempunyai kemampuan memilih dan mengizinkan dirinya untuk berbuat baik sekaligus
bisa mengizinkan dirinya untuk berbuat jahat. Maka manusialah yang pertama
mengizinkan dirinya berbuat baik atau berbuat jahat dan Allah-lah yang kemudian
mengizinkan hal itu terjadi nyata.
Aliran qadariyah mengatakan bahwa manusia itu tidak ditakdirkan,
bahwa segala sesuatunya adalah murni pilihan manusia. Kalau mereka berkata seperti
itu, lalu apa arti firman Allah bahwa segala sesuatunya ada di lauh mahfudz. Di
dalam Al-Quran Allah berfirman :” Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui
segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada
dalam kitab (lauh mahfudz)” (Al-Hajj:70). Ini berarti bahwa segala sesuatu yang
ada dilangit dan di bumi, mulai kadar ukuran sesuatu, tempat, kejadian, hingga
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi semua ada di lauh mahfudz. Dan hanya
Allah-lah yang mengetahui secara tafisli (terperinci) apa yang tertulis di lauh
mahfudz. karena manusia tidak ada yang mengetahui apa yang tertulis di lauh
mahfudz, maka manusia disuruh untuk berusaha, berharap, dan berdoa kemudian Allah-lah
yang akan menentukannya kehendaknya. Manusia disuruh meyakini takdir baik,
berharap, dan berusaha untuk memilih takdir yang baik, hingga Allah menghendaki
takdir yang baik. Begitu pula sebaliknya jika manusia menghendaki keburukan maka
jika Allah menghendaki maka hal itu terjadi bila tidak maka tidak akan terjadi.
Segala sesuatu terjadi pada diri manusia karena ia yang pertama mengizinkan
Apapun yang terjadi pada diri manusia adalah karena dirinya-lah yang
pertama mengizinkan hal itu terjadi. Seseorang bisa direndahkan dan dihina oleh
orang lain karena orang tersebut mengizinkan orang lain merendahkan dan
menghina dirinya, yaitu dengan mengizinkan dirinya menempati tempat yang mudah hina
dan direndahkan orang lain maka orang
tersebut akan mudah di hina. Sebaliknya seseorang tidak bisa dihina kalau orang
tersebut menolak mengizinkan orang lain menghina dirinya, yaitu dengan menempatkan
dirinya pada tempat terhormat. Demikian dengan segala keburukan dan kebaikan
pada diri manusia karena manusia tersebutlah yang pertama mengizinkan hal
tersebut terjadi. Hingga Allah pula mengizinkan hal itu terjadi.
Kejahatan manusia, apakah kehendak Allah, atau kehendak manusia?
Manusia berbuat keburukan karena manusia tersebut mengizinkan
dirinya berbuat keburukan. Dengan mengizinkan dirinya berbuat keburukan maka
Allah pun mengizinkan orang tersebut berbuat keburukan. Maka terjadilah
keburukan tersebut. Sebaliknya kebaikan terjadi karena manusia mengizinkan
dirinya berbuat kebaikan, dengan mengizinkan dirinya berbuat kebaikan maka
Tuhan-pun mengizinkan dirinya berbuat kebaikan, dan terjadilah kebaikan
tersebut. Dari sini kita memahami bahwa tidak layak bagi seseorang berbuat
kriminal kejahatan kemudian mengatakan bahwa ia berbuat kriminal kejahatan karena
telah tertulis di lauh mahfudz dan Allah mengizinkan hal itu terjadi. Ini
adalah pendapat yang keliru seseorang yang berbuat kriminal kejahatan adalah karena
pertama-tama orang tersebut mengizinkan dirinya untuk berbuat kriminal
kejahatan, sehingga Tuhan-pun mengizinkan hal itu terjadi. Tuhan mengizinkan
hal itu terjadi setelah manusia tersebut mengizinkan kejahatan itu terjadi.
Jadi tidak ada alasan bagi manusia untuk menyalahkan Tuhan atas kejahatan dirinya. Juga tidak ada alasan
bagi seseorang untuk menyalahkan lauh mahfudz karena yang pertama ia tidak
mengetahui apa yang tertulis di lauh mahfudz, yang kedua bahwa segala sesuatu
terjadi adalah karena dirinya mengizinkan hal itu terjadi. Sedangkan yang telah
terjadi maka itu baru kita katakan takdir.
Di antara buah iman kepada takdir
Barang siapa yang beriman kepada bahwa Allah menciptakan segala
sesuatunya dengan takdir, maka ia akan berkeinginan untuk mengetahui
takdir-takdir yang baik, dan menghindari takdir-takdir yang buruk. Sehingga ia
akan menghindari takdir buruk dengan berusaha meraih takdir baik.
Barang siapa yang beriman kepada takdir Allah maka ia tidak akan bersedih
terhadap apa yang luput darinya. Ia tahu bahwa pada akhirnya hal tersebut
terjadi atas izin yang maha kuasa, sehingga tidak ada alasan baginya untuk
bersedih. Apa yang telah luput darinya tidak membuatnya bersedih tetapi semakin
meyakinkan dirinya untuk mendapatkan impiannya dengan berusaha lebih baik lagi,
hingga mimpinya menjadi nyata.
Bila ada musibah yang terjadi pada dirinya tidak membuatnya bersedih,
karena ia mengetahui bahwa hal itu terjadi atas kehendak Allah, dan Allah mempunyai
hikmah dibalik musibah tersebut
Barang siapa yang beriman terhadap takdir Allah maka ia tidak akan
sombong dengan apa yang dimilikinya. Ia sadar bahwa ia memiliki segala sesuatu pada
akhirnya adalah atas izin Allah. Allah-lah yang mengizinkan dan menghendaki hal
itu terjadi sehingga tidak ada alasan bagi dirinya untuk angkuh dan
menyombongkan diri. Allah berfirman : “supaya kamu jangan berduka cita terhadap
apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong
lagi membanggakan diri,(23) (Al Hadid : 22-23)
Pembatal-pembatal keimanan
Kufur
Adapun macam-macam kufur sebagai berikut :
Kufur takdzib
Yaitu meyakini bahwa rasul itu pendusta pada setiap ajarannya, Allah
berfirman : “Dan jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya orang-orang
yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasulnya); kepada mereka telah
datang rasul-rasulnya dengan membawa mukjizat yang nyata, zubur[1256], dan
kitab yang memberi penjelasan yang sempurna(25) Kemudian Aku azab orang-orang
yang kafir; maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat kemurkaan-Ku.(26) (Al
Fatir : 25-26)
Musyrik
Musyrik adalah menyekutukan Allah, ini adalah perbuatan jahat yang
paling dibenci Allah. Allah berfirman “sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
syirik, dan mengampuni seluruh dosa selain syirik bagi siapa yang dikehndaki”.maka
keimanan orang yang syirik jelas tidak diterima, karena keimanan dihati
haruslah utuh, tidak ada Tuhan di dunia ini kecuali Allah saja yang layak disembah.
Murtad
Murtad (keluar dari agama islam) adalah pembatal iman yang paling
jelas. Barang siap yang murtad maka imannya telah hilang, segala perbuatan baik
apapun yang ia lakukan akan sia-sia, tidak akan mendapat pahala. Karena syarat
amal ibadah dan perbuatan baik seseorang diterima disisi Allah adalah iman
kepada Allah dan rasulnya
Nifaq
Nifaq adalah munafik, orang munafik yaitu ia mengatakan bahwa
dirinya beriman kepada Allah tetapi hatinya tidak sama sekali. Orang munafik
lebih berhaya dari orang-orang kafir, karena ia berlaku seolah-olah beriman di
luar padahal hatinya menghianati Allah. Maka iman orang munafik batal, karena
Allah hanya melihat kesungguhan iman hati seseorang.
Dampak Rukun Iman Dalam Pengembangan Kompetensi Emosional Guru
Enam Rukun Iman dalam islam mempunyai dampak yang besar bagi
kompetensi emosional guru, seorang guru yang beriman maka akan terkendali
tingkah-lakunya, emosionalnya, tidak putus asa, dan selalu berbuat yang
terbaik. Berikut adalah dampak iman secara khusus kepada guru :
Emosinya akan lebih terkendali,
seorang guru yang beriman akan selalu menjaga dirinya dari emosi
yang berlebih, ia akan selalu sadar bahwa ada kekuatan yang lebih tinggi
darinya e
Teguh dalam kebaikan,
Seorang yang beriman akan selalu sadar bahwa Tuhan selalu
menganjurkan untuk berbuat yang terbaik dalam keadaan apapun. Rasulullah telah
memberi contoh dalam kehidupan beliau ketika selalu diludahi oleh seorang
quraish ketika melewati sebuah jalan, rasul tidak pernah marah, justru ketika
orang yang selalu meludahi rasul itu sakit, rasulullah-lah yang pertama
menjenguk orang tersebut, sedangkan tidak satupun sahabat orang tersebut yang
menjenguknya. Dari sini betapa mulia teladan bagi orang yang beriman, bahwa
rasul mampu memaafkan sekaligus berbuat baik kepada orang yang selama ini jahat
kepadanya.
Sabar menghadapi tantangan hidup
Orang yang beriman akan selalu sabar dalam menghadapi berbagai
tantangan hidup, karena ia yakin bahwa Allah akan selalu ada di sisinya, Allah
akan selalu membuat jalan untuknya, ia yakin bahwa yang diperlukan adalah
keihlasan dan kesabaran menuju cita-cita yang di inginkan
Mampu mencegah dirinya dari perbuatan buruk,
Seorang guru yang beriman akan mampu mencegah dirinya dari perbuatan
buruk, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. karena ia sadar bahwa Allah
sedang menguji kesabaran dalam menempuh jalan suci, jauh dari emosi, dan pada
akhirnya akn memberi balasan dan pahala yang setimpal pada hambanya sesuai
dengan kesabarannya
Tidak mudah putus asa
Seorang guru tidak akan mudah putus asa dalam mendidik
murid-muridnya meraih prestasi tertinggi, karena guru yakin bahwa Tuhan selalu
ada bersamanya, membimbingnya pada jalan suci, untuk mewujudkan prestasi yang
diinginkanya,
Mendorong dirinya untuk berbuat baik
Seorang guru yang beriman akan selalu terdorong untuk berbuat baik,
sebagaimana yang telah dianjurkan oleh Allah dan rasulnya, untuk berbuat yang
ma’ruf (kebaikan), bahkan mendorong hambanya untuk membalas keburukan dengan
kebaikan karena hal itu lebih dekat dengan taqwa.
Mampu menjadi suri tauladan bagi murid
Seorang guru yang beriman akan mampu menjadi suri tauladan bagi
murid, sebagaimana rasul telah memberi suri tauladan kepada umat muslim, dalam
riwayat menyebutkan bahwa setiap pagi rasul menyuapi seorang yahudi buta yang
selalu mengumpat dan memaki-maki rasul, sedangkan yahudi buta itu tidak tahu
bahwa orang bisu yang selalu menyuapinya tiap pagi adalah rasul yang ia
caci-maki. Hingga suatu saat rasul telah meninggal dunia dan yahudi buta itu
berkata pada orang quraish yang sedang menyuapinya “engkau bukanlah orang bisu
yang selama ini menyuapi saya, orang bisu yang selalu menyuapi saya mempunyai
tangan yang lembut dan perangai yang halus, lalu di manakah orang bisu
tersebut?” lalu orang quraish itu menjawab “sesungguhnya orang bisu tersebut
adalah muhammad yang engkau caci maki selama ini, sekarang ia telah meninggal”
mendengar hal itu yahudi buta tersebut
tersungkur menangis, tahu bahwa yang selama ini orang yang berperangai
halus dan selalu menyuapinya tiap pagi adalah muhammad yang selau ia caci-maki,
lalu seketika itu juga ia bersyahadat dan masuk islam. Begitulah rasul menjadi
tauladan bagi umatnya untuk selalu berbuat baik walaupun pada orang yang
menjahatinya sekalipun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar